oleh Roby
Poltak membahas bagaimana dia gila buku dan bisa membaca cepat sehingga dia sekarang memiliki target untuk menghabiskan satu buku per minggu. Dia juga membedakan antara membaca dan memiliki buku, menurut dia
memiliki buku itu gampang -- tetapi membacanya sampai habis, itu soal lain...
Setiap orang tentu punya gaya masing-masing (saya nggak tau gaya si gila buku satu lagi ini apa), dan gaya saya membaca buku adalah begini. Oh ya, ini hanya berlaku untuk buku yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Saya tidak merasa harus membaca buku sampai habis. Yang paling penting buat saya adalah apa yang saya peroleh dari buku itu. Kadang dari satu buku, hanya satu kalimat yang memberikan kenikmatan tiada terkira. Jadi yang saya cari adalah kenikmatan itu. Kenikmatan ketika ide membentuk reaksi berantai di kepala.
Saya jarang merasa senang ketika berkata "saya sudah membaca buku itu sampai habis". Saya lebih senang ketika mencomot ide dari satu paragraf dan menceritakannya kenapa ide itu menarik.
Maka itu saya cenderung memiliki banyak buku. Malah saya baru menemukan salah satu kunci kebahagiaan: bacalah 10 buku sekaligus saat bersamaan. Kebahagiaan adalah terlepas dari kebosanan. Karena ada 10 buku yang sedang dibaca maka dijamin kita tidak pernah merasa bosan. Ambil satu buku dan ambil terus sampai ada ide menarik yang menyerap perhatian kita sehingga membuat kita semangat kembali.
Jadi saya tidak melihat buku sebagai tugas dimana harus dibaca habis. Buku adalah seperti TV; kita tidak pernah menonton semua acara TV tapi dia selalu ada jika kita ingin menonton. Jadi semakin banyak buku yang belum terbaca habis berserakan di rumah kita, semakin banyak pilihan kita, dan semakin tinggi probabilitasnya untuk menemukan ide menarik. Dan menemukan ide menarik adalah salah satu puncak kebahagiaan.
ilustrasi: koleksi pribadi.
6 comments:
Kalau saya sendiri lebih suka membaca buku secara skimming terlebih dahulu, sambil mencari bagian2/ide2 yang menarik atau perlu pendalaman. Di kesempatan kedua, setelah buku itu habis "dibaca", baru saya mendalami bagian2 yang sudah saya tandai tadi. Saya suka membaca satu buku sampai tamat semata2 karena alasan kepuasan saja :). Tapi membaca banyak buku secara simultan belum pernah saya coba. Saya suka membaca buku dari banyak disiplin (yang sebagian besar tidak berhubungan dengan pekerjaan), jadi kalau dibaca sekaligus, hasilnya malahan pusing sendiri. :D
Buku memang selalu menarik, dan implikasinya membicarakan buku juga menarik(hehe, hubungan sebab akibatnya harus ditelaah lagi). Kalau saya selalu menyediakan sebuah buku ditengah tumpukan buku-buku non-fiksi, sekadar untuk menyeimbangkan otak.
Roby, are you talking strictly about non-fiction books? kalau iya, gw sependapat dgn apa yg lo tulis. Jarang banget gw baca word per word sampe habis...besides, I'm a slow reader. And yes, I'm reading about 3 or 4 book different books that are not necessarily mutually exclusive...
Tp kalau fiction....wah gak bisa di madu itu ;-)
Tergantung mood juga sih kalau lagi baca buku. Seperti waktu baca freakonomics, saya langsung selesaikan hanya dalam beberapa hari. Tapi buku yang lain bahkan baru setengah dibaca tapi sudah bosan.
dhani: ide yang menarik dan perlu saya coba.
ariani:mudah2an berhasil menyeimbangkan otaknya :D
puspini: iya, gw udah hampir nggak bisa lagi baca fiksi.
barry: ya memang sama dengan maksud saya, membaca mengikuti mood; bukan tugas.
Nah, saya nemu temen. Saya juga kalo baca buku suka simultan baca 3-4 buku sekaligus sebelum tidur. Tapi ya itu, saya baca biasanya dari akhir, depan, tengah, baru kemudian saya baca lengkap dari depan sampai belakang. Karena saya buat saya tidak masalah akhir buku seperti apa, saya menikmati setiap bagiannya walaupun asaya tahu akhir ceritanya.
Post a Comment