Thursday, February 8, 2007

Individu dan Kelompok

oleh Roby

Mungkin karena tipe kepribadian atau pekerjaan, saya cenderung jarang berkenalan dengan orang baru. Saya selalu merasa tidak nyaman jika harus memperkenalkan diri ke seseorang. Saya menganggap berkenalan sebagai mengganggu orang, maka saya tidak mau mengganggu orang dengan mengenalkan diri sendiri.

Tapi tentunya berkenalan menjadi bagian hidup yang tak bisa saya hindari. Sejujurnya, saya suka memiliki kenalan baru; yang saya tidak suka adalah awal proses berkenalan karena saya sering tidak tahu harus berbuat apa.

Dari pengalaman pribadi, saya merasakan orang Indonesian dan Amerika memiliki gaya berkenalan yang berbeda. Sebagai pertanyaan pembuka percakapan, orang Indonesia cenderung bertanya daerah asal; bisa kota atau suku asal. Sedangkan orang Amerika (atau orang Indonesia yang tinggal di Amerika) cenderung memulai dengan menanyakan apa yang saya kerjakan.

Ini setidaknya memberikan ilustrasi mengenai perbedaan penilaian seorang individu menurut budaya Indonesia dan Amerika. Yang penting bagi orang Indonesia adalah asal-usul seseorang (ontologis). Disini ada asumsi implisit bahwa seorang individu tidak bisa lepas dari karakter tempat atau suku dimana dia dilahirkan. Nilai individu tidak bisa lepas dari nilai kelompok.

Sebaliknya, Amerika lebih peduli tentang apa yang seseorang perbuat atau kerjakan (pragmatis). Asal-usul seseorang tidak terlalu penting, karena orang Amerika percaya bahwa justru tugas individu untuk menemukan jati-dirinya yang sering berarti lepas dari tempat asalnya.

Tentu teori ini tidak berlaku untuk menerangkan kasus spesifik. Bush menjadi presiden bukan karena apa yang dia kerjakan tapi lebih karena dia keturunan keluarga terpandang. Sebaliknya, Suharto tetap bisa berkuasa meskipun dia adalah anak petani.

Saya hanya mengulang konsep umum bahwa budaya barat yang individualis dan timur yang kolektif juga terekspresikan, secara sadar atau tidak, dalam cara berkenalan.

No comments: