Showing posts with label Dinamika Sosial. Show all posts
Showing posts with label Dinamika Sosial. Show all posts

Monday, August 20, 2007

Antri Dong?

oleh Tika

Ketika anda sedang antri dan tiba-tiba seseorang menyerobot masuk antrian hingga mendahului anda, apa yang anda lakukan? Apa pendapat anda mengenai sang 'penyerobot'?

Bagi mereka yang terbiasa dengan budaya antri, mungkin mereka akan berpikir bahwa sang penyerobot memiliki etika kuno dan tabiat tidak santun yang sebaiknya diperbaiki dengan kesadarannya untuk antri.

Tentu asumsi dasar disni adalah antri sebagai norma umum budaya Indonesia, atau antri sebagai norma universal umat manusia: apa benar?

Menurut 'ilmuwan antri' Richard Larson dari Massachusetts Institute of Technology, antri adalah suatu teknologi yang terbentuk seiring dengan terbatasnya sumber daya alam manusia.

Larson tercengang saat melihat bagaimana para korban Tsunami bersedia menunggu hingga 6 jam lamanya, tanpa rusuh, untuk mendapatkan satu botol air minum dengan tidak antri. Teknologi yang digunakan disini adalah suatu sistem pelayanan acak dimana sifat pelayanan tidak berdasarkan suatu urutan tertentu. Kasarnya: siapa yang terlayani, ia yang dapat.

Contoh kasus para korban Tsunami menunjukkan bahwa teknologi antri bukan sesuatu yang 'universal'. Konteks sosial budaya masyarakat memegang peran penting dalam perkembangan teknologi manusia.

Dalam kasus korban Tsunami di Indonesia, sistem pelayanan acak cukup efisien dan fungsional dalam memproses alokasi sumber daya yang terbatas. Para korban Tsunami tidak harus antri untuk mendapatkan air minum secara damai dan tenang.

Sebaliknya di Amerika, tercatat berbagai kasus agresifitas terjadi antar warga Amerika yang sedang antri. Larson menyebutkan satu kasus dimana seorang ibu menggunakan pisau untuk mencabik putus hidung seorang pelanggar baris antrian. Baik sang ibu mapun sang penyerobot akhirnya tidak juga berhasil mendapatkan apa yang mereka 'antrikan'.

Sedikitnya 3 tahun umur hidup seorang warga Amerika biasa dihabiskan untuk antri. Kurangnya efisiensi sistem antri tentu sangat berkontribusi dalam memperpanjang waktu barisan antrian. Teknologi antri perlu selalu dimodifikasi seiring dengan perubahan konteks budaya dan kompleksitas kehidupan sosial di Amerika.

Tentu, mereka yang terbiasa dengan budaya antri akan sangat sulit untuk menerima sistem pelayanan acak ala Indonesia. Mungkin dengan memposisikan antri sebagai suatu teknologi non-universal yang tergantung kepada suatu konteks budaya sosial, suatu saat nanti, kita semua bisa mendapati pengalaman antri yang lebih menyenangkan!

Wednesday, August 15, 2007

Blog Baru

Saya baru membuat blog baru:

http://jejaring-sosial.blogspot.com

Isi blognya adalah berita, ide, opini dan penelitian yang berhubungan dengan social networks a.k.a jejaring sosial.

Monday, January 8, 2007

Cara Pengambilan Keputusan

oleh Roby

Yang sekolah di Indonesia pasti pernah diajari berkali-kali bagaimana cara pengambilan keputusan melalui musyawarah dan mufakat adalah ciri khas Indonesia. Tentunya cara ini bukanlah satu-satunya cara mengambil keputusan secara kolektif. Misalnya ada cara voting, baik independen (kita tidak bisa melihat pilihan orang lain) atau dependen (setiap orang bisa melihat pilihan orang lain, sehingga pilihan seseorang bisa terpengaruh pilihan orang lain).

Saya yakin setiap cara pengambilan keputusan memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung pada jenis masalah yang dihadapi. Nah, sepertinya menarik untuk mengetahui dalam situatu seperti apa pengambilan keputusan dengan cara voting independen, non-independen dan konsensus menjadi superior.

Kita bisa rancang sebuah eksperimen dimana orang diminta untuk menyelesaikan sebuah masalah. Lalu kita buat tiga kelompok yang masing-masing menggunakan cara pengambilan keputusan yang berbeda, yaitu:

• Voting yang independen.
• Voting non-independen.
• Konsensus.

Lalu kita bisa lihat kelompok mana yang paling efektif dalam menyelesaikan masalah.

Satu hal yang saya antisipasi cukup sulit adalah membuat kategorisasi masalah. Tapi ini bisa diatasi, paling tidak untuk permulaan, dengan menggunakan satu jenis masalah saja. Meskipun tetap perlu dipikirkan secara serius jenis masalah apa yang cocok digunakan dalam eksperimen.