Showing posts with label Keluarga. Show all posts
Showing posts with label Keluarga. Show all posts

Sunday, May 27, 2007

Sudut Orang Tua: Amuk Bocah

oleh Tika

Toby, bocah berumur 3 tahun kami, termasuk anak yang sangat sensitif terhadap perubahan di lingkungannya. Dia sering mengamuk ketika menemukan sedikit perubahan dalam lingkungannya yang tidak bisa ia kontrol atau antsipasi. Sebagai contoh, jika ada yang menyapanya di jalan, Toby langsung menolak mukanya dan cemberut. Jika sapaan terus berlanjut, Toby akan berteriak dan menangis. Menurut mama Toby, ini karena Toby merasa hilang kontrol juga karena ia tidak mengantisipasikan gerak-gerik si penyapa.

Amukan ini tambah parah ketika Toby mulai bergaul dengan orang banyak dalam jarak dekat. Sebelum Toby pindah ke Bandung , Toby lebih sering diam sendiri di rumah bermain bersama mama. Saat di New York City, Toby hanya sesekali pergi bersama mama keluar, seperti pergi berbelanja atau main di taman dll. Ketika Toby harus secara intesif bergaul dengan sanak saudara di Bandung, Toby tidak saja berteriak atau menangis ketika disapa, bahkan saat ini Toby mulai suka memukul!

Kontrol dan ego memang masalah terbesar bocah berumur 1-5 tahun. Untuk mengatasinya, kita berusaha untuk menjelaskan ke Toby bahwa orang yang menyapa itu sedang berusaha berlaku baik terhadap Toby. Jika Toby memukul, kita berusaha menegornya dengan nada tegas untuk "jangan memukul" karena "memukul itu tidak baik". Ternyata setelah beberapa minggu melakukan terapi ini (memang Toby baru memperlihatkan amuk pukulan seperti ini saat kita mulai pindah ke Bandung beberapa minggu yang lalu), amuk Toby tidak saja mereda, bahkan tambah parah.

Ya memang saya pernah membaca bahwa kaum bocah seumur Toby belum bisa memproses informasi berdasarkan logika "jangan karena itu tidak sopan dan membuat orang lain sakit". Ini karena ego bocah umur Toby masih dalam proses dasar penyesuaian dengan lingkungan. Tapi karena kita sering berusaha membuat Toby 'mengerti' dia pun sudah mulai menerima logika seperti ini. Sayangnya, sensitifitas Toby terlalu tinggi jika dihadapi lingkungan "asing" hingga Toby secara otomatis akan berteriak dan memukul orang yang membuatnya frustrasi. Kita pun mulai melakukan terapi "hukuman" jika Toby memukul, seperti dipaksa berhenti bermain dan dibawa ke kamar tidur.

Terapi hukuman membawa masalah ke orang tua Toby terutama karena sanak saudara toby di Indonesia merasa hukuman terhadap bocah sebesar Toby tidak pantas. Menurut standar Indonesia, anak kecil seumur Toby baiknya diberi kebebasan untuk melakukan apa saja selain sesuatu yang mencelakakan nyawanya. Bocah seumur Toby belum bisa dianggap sebagai manusia yang bisa banyak mengerti. Masalahnya, standar ini tidak berlaku di Amerika, setidaknya di banyak sekolah-sekolah New York City. Jika Toby terlihat sering membuat banyak "onar" seperti memukul teman dan guru sekolah tidak bisa membuat Toby berhenti, sekolah akan tidak segan mengeluarkan Toby dari sekolah. Di Amerika, bocah harus di siapkan orang tua untuk bisa berlaku baik dan sopan. Perbedaan standar Indonesia Amerika ini membawa masalah ke orang tua Toby. Orang tua Toby harus memastikan bahwa Toby tidak akan dikeluarkan dari sekolah karena suka mengamuk dan memukul. Jika Toby dikeluarkan oleh sekolah, kemungkinan satu atau kedua orang tua toby harus putus sekolah hingga berakibat lebih banyak orang lain frustrasi pula!

Jadi untuk saat ini, kita tetap melakukan sedikit hukuman ke Toby jika ia kelewat mengamuk dan memukul untuk mempersiapkan Toby mulai sekolah di New York City Hukuman ini berupa ungkapan "marahan" tegas untuk "tidak boleh memukul" dan Toby dibawa keluar dari situasi yang membuatnya frustrasi (seperti membawanya ke ruangan terpisah). Hukuman ini lebih sebagai cara untuk menenangkan Toby. Kita berusaha tetap bersama Toby saat hukuman dilaksanakan untuk menghindari kesan "ditinggalkan". Untuk amukan lain yang tidak melibatkan "Toby memukul", karena kita tidak bisa banyak kontrol situasi yang terdiri dari banyak orang lain, kita sepakati untuk berusaha membawa Toby ke ruangan bebas dari sumber yang membuatnya frustrasi tanpa di "marahi". Kita baru sadari bahwa usaha menjelaskan ke Toby untuk "tidak usah menangis dan mengamuk akibat sesuatu yang sepele" tidak membawa banyak manfaat. Bocah seumur Toby lebih memerlukan dukungan pengasuhnya, bahwa ia bisa mendapat bantuan dan belas kasih sayang pada saat frustrasi. Terapi terbaik memang untuk mencegah amukan terjadi. Sebagai contoh, mama Toby berusaha terus memberi informasi ke Toby mengenai antasipasi gerak-gerik teman-teman yang sedang bermain bersamanya. Dengan mendapatkan informasi ini, Toby terlihat bisa lebih tenang bermain dengan teman-temannya tanpa harus terganggu rasa frustrasi berlebih ketika teman melakukan sesuatu tidak sesuai dengan kemauan Toby!

Ya semoga usaha kita ini bisa membuahkan hasil saat Toby harus balik ke New York City nanti!

Thursday, April 26, 2007

Update

Halo.

Saya pikir paling sedikit harus ada posting setiap bulan, maka ini posting satu-satunya bulan April.

Rencananya kita akan di Indonesia dari Mei sampai Juli. Tapi ini bukan liburan. Ini lebih seperti mengungsi. Alasan utamanya di Indonesia lebih banyak bala bantuan, terutama untuk menemani sang bocah 3 tahun. Sehingga Roby dan Tika bisa fokus kerja untuk disertasi.

Untuk keperluan pengungsian ini, dua buah komputer portable baru didatangkan. Untuk Roby sebuah MacBook Pro 2.33 GB core duo, RAM 2 GB. Untuk Tika sebuah Thinkpad X60s, dan Tika sekarang sedang pusing meng-install Gentoo di Thinkpad miliknya.

Wednesday, March 7, 2007

Manusia Super Di Amerika

oleh Tika

Orang-orang Amerika memang manusia super. Mereka dapat menjadi manusia super bukan karena mereka diturunkan untuk menjadi orang-orang super, tapi karena kondisi hidup mereka membuat mereka 'terpaksa' untuk menjadi super.

Individualitas versi Amerika terdefinisikan atas suatu kemampuan tiap manusia untuk dapat berdiri sendiri. Di gedung apartemen saya banyak orang-orang tua jompo yang hidup sendirian. Melihat ini orang Indonesia mungkin akan bertanya, "Apakah mereka tidak punya anak atau apakah memang anak-anak mereka tidak peduli lagi?

Ya, kebanyakan orang-orang jompo ini mungkin punya anak yang mungkin ingin sekali membantu mereka. Tapi sebagian besar orang jompo di Amerika memang memilih untuk hidup sendiri karena mereka ingin tetap dihargai sebagai seorang manusia yang dapat berdiri sendiri. Untuk menghargai kemauan mereka ini, banyak fasilitas tersedia yang dibuat khusus untuk mendukung para jompo agar dapat hidup sendiri di rumah mereka sendiri, sebisa mungkin hingga akhir hayatnya.

Kehidupan para jompo adalah ilustrasi drastis mengenai tabiat kesuperan para warga yang hidup di Amerika. Saat ini saya sedang mengalami dorongan lingkungan yang mengharuskan saya untuk menjadi manusia super. Terus terang, saya menjadi serba kesulitan karena dengan didikan saya sebagai orang kelas menengah di Indonesia, saya menjadi sangat tidak 'biasa'.

Kebanyakan warga Amerika tidak mampu untuk menyewa seorang mba atau mbo untuk mengurus anak mereka yang masih belum beranjak umur untuk memasuki taman kanak-kanak. Usia balita hingga sebelum taman kanak-kanak memang masa yang paling sulit bagi orang tua yang status perekonomiannya sangat marginal.

Sekolah taman kanak-kanak hingga SMU bebas biaya dan anak hampir bisa penuh hari diam di sekolah sementara ibu ayah bekerja. Sebelum masa ini, orang tua seperti ini akan dihadapi berbagai kesulitan. Jika mereka beruntung, bisa saja mereka menitipkan anak mereka di suatu tempat penitipan dengan biaya tidak terlalu mahal walau kualitas mungkin tidak menjanjikan. Kebanyakan warga Amerika harus melalukan ini karena mereka tidak punya pilihan lain. Kedua orang tua harus bekerja untuk dapat mehidupkan keluarga. Sementara filosofi individualitas ala Amerika mengharuskan mereka untuk sebisa mungkin tidak meminta bantuan sanak saudara untuk mengatasi kesulitan mereka ini.

Anehnya, warga Amerika bisa tetap selamat menghadapi masa kritis ini atas upaya kedua tangan mereka sendiri. Tentu kesuksesan ini tidak dapat terjadi tanpa adanya dukungan lingkungan yang menjunjung tinggi nilai individualitas ala Amerika. Sebagai contoh, fasilitas untuk mempermudah dan mempercepat usaha seorang ibu bersama dengan bapa dan anak-anaknya membersihkan lantai, menyuci baju, memasak dsb. beraneka ragamnya, walau tetap memberi kesan bahwa pekerjaan adalah buah hasil usaha kedua tangan mereka sendiri.

Ya saya sangat kagum dengan orang-orang Amerika seperti ini. Terus terang saya sendiri merasa tidak mampu dan harus menelepon ibu saya di Indonesia untuk mengirimkan seorang mba untuk membantu mengurus anak saya. Setelah mba pergi, saya tidak tahan sekali lagi untuk menelepon ibu agar bisa datang mengurus anak saya sementara saya dan suami membanting tulang meniti karir demi masa depan kehidupan keluarga. Ternyata, karena hal-hal diluar kendali, ibu saya tidak juga mampu memberi bantuan seperti yang saya harapkan, dan saat ini saya harus menerima untuk terus bertahan hidup layaknya manusia super di Amerika.

Semoga saya bisa tertularkan tabiat individualitas ala Amerika hingga saya dapat melewati masa-masa kritis ini. Saya baru sadar, bentuk doa orang Amerika ketika dihadapi suatu masalah bukanlah suatu permintaan ketabahan dari Illahi karena doa seperti ini tidaklah cukup. Doa orang Amerika adalah untuk dapat terus berusaha menggunakan kedua tangan mereka sendiri agar dapat dihargai hidup layaknya seorang manusia.

Thursday, February 8, 2007

Tugas Ibu

oleh Tika


Tugas ibu itu apa sih? Apa kriteria untuk menjadi ibu yang baik? Bangun lebih pagi dari semua? Siapkan sarapan pagi? Cuci baju anak-anak dan suami? Apa?

Ibu saya tidak pernah menyiapkan sarapan pagi setiap hari, hanya jika beliau merasa sedang ingin melakukannya. Ibu saya lebih suka mencuci baju kita, walaupun ini juga tidak dilakukan beliau setiap hari karena memang selalu ada "pembantu" yang sebenarnya melakukan tugas ini. Bersih-bersih rumah? Sama sekali bukan kegemaran beliau. Apakah ini berarti ibu saya bukan ibu yang baik?

Walau Ibu saya tidak memiliki pekerjaan diluar rumah, alias ibu saya adalah seoarang ibu rumah tangga, Ibu saya memiliki individualitas yang cukup tinggi. Ibu saya bukan seseoarang yang suka bergaul diluar rumah. Ibu saya bisa berhari-hari diam di rumah, bukan karena ibu saya suka mengurus rumah, tapi karena ibu saya memang lebih suka diam dirumah. Sepertinya, ibu saya tidak akan merasa bahagia jika beliau bekerja di luar rumah.

Ibu saya adalah seoarang ibu yang tinggal dirumah bukan karena beliau gemar mengurus rumah. Kegemaran ibu saya adalah diam dikamar dan membaca. Apakah ini berarti ibu saya melalaikan tugasnya sebagai seoarang ibu?

Walau ibu saya bukan yang menyediakan makan atau terlihat menyapu ruangan, memandikan dan mencuci baju kami setiap harinya, saya tidak pernah merasa kelaparan, tubuh dan rumah kami selalu bersih dan baju-baju kami selalu siap pakai. Kita semua tumbuh menjadi anak-anak yang sehat. Semua ini memang berkat usaha para pembantu, tentu atas dasar bimbingan ibu saya, pemimpin keluarga kami di rumah.

Lalu apa yang ibu saya lakukan secara "langsung" untuk kami, anak-anaknya? Dari ibu, saya mengenal rasanya menjadi anak yang bahagia, disayangi dan terlindungi. Saya dapat merasakan ini karena ibu saya selalu ada jika saya memerlukan bantuannya dan perhatiannya. Ibu saya bukanlah tipe ibu yang lembut seperti dalam dongeng anak-anak. Ibu saya orang yang cukup ketus dan praktis. Dengan caranya sendiri, beliau telah berhasil mendidik saya juga kakak-kakak dan adik saya menjadi orang dewasa yang kuat menghadapi kompleksitas kehidupan. Ibu saya berhasil mendidik kami dan menyayangi kami, walau tanpa harus menyuapi kami makan atau memandikan kami tiap harinya di masa kanak-kanak.

Kadang saya merasa kaget bahwa ternyata ibu saya kadang lebih mengenal saya dari diri saya sendiri. Itu adalah bukti perhatian besar ibu saya terhadap saya.

Kata ibu saya, jadi seorang ibu rumah tangga sangat berat karena apapun yang kita lakukan, tidak ada penghargaan sebanding dengan seseoarang yang memiliki karir diluar rumah.

Dengan ibu saya sebagai contoh figur seorang ibu, definisi saya sebagai tugas seorang ibu yang baik bukanlah didasari atas suatu pekerjaan yang dapat dengan mudah di "wakili" oleh seorang pembantu, bahkan seoarang ayah. Ibu memiliki tempat khusus di hati setiap anaknya. Tugas seoarang ibu adalah untuk memupuk rasa cinta ini di hati sang anak hingga kelak dewasa nanti, sang anak dapat menyumbangkannya kembali ke generasi selanjutnya.

Ibu saya bukanlah seorang ibu yang terluput dari kesalahan layaknya seorang manusia. Tapi dengan caranya sendiri, beliau berusaha untuk memberi kita kesayangan yang hanya dapat hadir berkat usahanya untuk menjadi seorang ibu yang baik. Terima kasih ibu.

** Ilustrasi didapatkan dari situs http://artfiles.art.com/images/-/Makiko/Mother-Bears-Love-I-Print-C10286305.jpeg

Kolesterol dan Penyakit Jantung

oleh Tika


Merujuk kepada posting terdahulu yang membahas perubahan diet keluarga kami akibat kadar kolesterol tinggi pada Toby, bocah berumur 3 tahun kami, teman bertanya: bukankah kolesterol tinggi baik untuk balita (ie. membuat otak jadi lebih pintar) hingga tidak perlu terlalu dikhawatirkan?

Kolesterol tinggi, kata dokter bisa karena diet, akibat adanya keturunan dalam keluarga, atau akibat hubungan timbal balik antara keduanya. Untuk saat ini belum jelas sebabnya mengapa Toby memiliki kadar kolesterol agak tinggi. Perlu test darah ulang untuk Toby dan kedua orang tuanya untuk penyelidikan lebih dalam. Ini masih dalam proses. Tapi memang penanggulangan praktisnya adalah diet.

Kolesterol Toby, kata dokter, sebenarnya tidak terlalu tinggi, terakhir cek 208mg/dl. Batas normal kadar kolesterol untuk Toby kata dokter <170mg/dl. Berdasarkan penelitian referensi saya sendiri, batas normal kadar kolesterol orang dewasa < 200mg/dl, sementara kadar kolesterol >240mg/dl dalam darah bisa meningkatkan kemungkinan penyakit jantung sebanyak 2X.

Kolesterol memang diperlukan oleh tubuh manusia untuk menjaga fluiditas membran sel, komunikasi antar sel (ie. membuat otak jadi "pintar"), pembuatan berbagai jenis hormon dan Vitamin D. Kadar Kolesterol dalam darah yang terlalu banyak, hingga tidak berguna lagi untuk fungsi tubuh, tidak baik karena akan diserap oleh lemak "jahat" (saturated & trans fats) dan menumpuk di dinding-dinding pembuluh darah. Akibat akumulatifnya: penyakit jantung.

Kolesterol bisa didapatkan langsung dari diet, tapi lebih banyak lagi disintesa oleh liver dari lemak. Toby dan keluarga memang akhir-akhir ini lebih banyak makan sumber protein jenis nabati (ie. tahu) yang memiliki kadar kolesterol rendah juga mengandung lebih banyak jenis lemak "baik" (unsaturated & polyunsaturated fat). Lemak "baik" ini berfungsi untuk menghambat penumpukan kolesterol dan lemak "jahat" pada dinding-dinding pembuluh darah. Meningkatkan konsumsi sumber protein jenis nabati adalah pilihan saya untuk lebih praktis saja. Dokter Toby sendiri menganjurkan untuk memberi Toby makanan rendah lemak dan kolesterol (ie. susu rendah lemak dengan konsentrasi lemak 1%, menjauhi makanan yang "digoreng"). Beliau menganjurkan kami untuk mencari buku yang merinci pembuatan menu makan rendah kolesterol.

Fungsi dan distribusi kolesterol dalam tubuh seperti ini menunjukkan bahwa mengurangi lemak total juga kolesterol dalam diet tidaklah cukup. Saat ini badan kesehatan Amerika rekomendasikan untuk menghindari konsumsi lemak "jahat" dan menggantikanannya dengan jenis lemak "bagus", juga diet rendah kolesterol untuk menghindar dari kemungkinan penyakit jantung. Memang penyakit jantung adalah sebab utama kematian orang dewasa di Amerika. Proses pencegahannya paling baik adalah diet yang sehat, terutama jika dibiasakan sebagai gaya hidup semenjak kanak-kanak.

** Ilustrasi didapatkan dari situs http://www.womenone.org/images/chol2_2894.jpg

Monday, February 5, 2007

Toby Masuk Harvard University: Petualangan Sekolah Para Bocah


oleh Tika

Toby, satu-satunya bocah kami yang baru saja merayakan ulang tahun ke-3-nya tanggal 26 Januari 2007 kemarin, baru saja selesai interview pertama sekolah "pre-school" Manhattan, New York City. Kata mama Toby, "Toby mah baru mau masuk sekolah-sekolahan saja sudah di-interview, pertama kali mama di interview kan waktu harus cari kerja setelah lulus kuliah!".

Ya, memang jaman sekarang, apalagi di Manhattan, kebanyakan anak sudah harus masuk sekolah sebelum TK sebagai preparasi masuk TK dan sekolah-sekolah selanjutnya. Memang jaman mamanya Toby, paling seumur Toby ya diam dirumah saja. Ceritanya memang, apalagi di kota se-kompetitif Manhattan, New York City, orang tua anak sudah didorong untuk cepat-cepat cari sekolah hingga anak akhirnya bisa masuk ke sekolah tinggi beken seperti Harvard University.

Dorongan ini mulai di saat masuk "sekolah-sekolahan" atau pre-school ini. Jika sang anak masuk pre-school yang tepat dengan koneksi yang tepat, sang anak bisa masuk TK, yang bisa memasukkan anak ke SD, yang bisa memasukkan anak ke SMP, yang bisa memasukkan anak ke SMA, yang bisa memasukkan anak ke sekolah tinggi tipe Harvard University. Ya sebenarnya tujuannya bukan hanya sekolah tipe Harvard University, tapi dengan sang anak bisa masuk dan lulus dari sekolah semacam Harvard University, anak terjamin bertahan hidup sebagai orang kelas menengah atas di Amerika dan terhindar dari kemelaratan ekonomi di Amerika.

Walau orang tua Toby tidak terlalu terdorong untuk berkompetisi dengan konglomerat, pejabat dan warga Amerika ultra kompetitif lainnya yang suka sekali bercita-cita memasukkan anak mereka ke Harvard University, Toby tetap didaftarkan oleh orang tuanya untuk masuk pre-school cukup ok karena kedua orang tua Toby terlalu sibuk dengan program studi Doktor mereka. Pre-school ok ini digunakan kedua orang tua Toby sebagai tempat penitipan sampingan saatnya tidak bisa diurus mama atau papanya di rumah.

Karena pengalaman buruk setahun sebelum ini, dimana Toby terpaksa harus drop out dari satu-satunya pre-school "asal" yang didaftarkan mama setelah sang mba pengurus Toby pergi balik ke Indonesia, hingga mamanya terpaksa drop out sementara dari program Doktornya untuk mengurus Toby dirumah, tahun ini Toby di daftarkan untuk masuk beberapa pre-school yang cukup ok.

Untuk masuk pre-school Manhattan manapun, memang diperlukan pendaftaran kira-kira satu tahun sebelum anak mulai masuk sekolah. Jika ternyata setelah tahun ajaran mulai dan diketahui bahwa sekolahnya jelek dan anak harus drop out, tidak ada lagi pre-school yang terbuka untuk bisa menampung anak karena semua sudah penuh. Ini yang terjadi oleh Toby tahun lalu.

Tentu, preschool yang didaftarkan orang tua Toby tahun ini bukan tipe pre-school yang kebanyakan konglomerat dan pejabat Manhattan dafarkan anak-anak mereka, tapi cukup ok hingga Toby tidak terganggu mental dan fisiknya, juga cukup ok karena memberi Toby peluang pula untuk "mungkin" bisa bertemu teman-teman, orang tua dan guru yang punya latar belakang ala Harvard University, jika tidak koneksi langsung untuk benar masuk ke jalur sekolah-sekolah menuju Harvard University. Untuk masuk tipe pre-school ok di Manhattan, persyaratan utama adalah interview sang anak sebagai proses penyeleksian.

Ya, sore ini Toby baru selesai interview pertama pre-school ok ini. Pre-school yang Toby usaha masuki ini dikategorikan sebagai tipe "Co-op" karena orang tua diharuskan untuk turut serta aktif dalam proses pencarian dana sekolah dan berbagai aktifitas ringan anak-anak disekolah. Karena jenisnya cukup ok, kompetisi untuk masuk ke pre-school ini cukup ok pula, walau tidak se-heboh pre-school para konglomerat dan pejabat tinggi Manhattan.

Dalam interview Toby tadi, Toby dan orang tua diharuskan datang, bersama dengan beberapa calon murid dan orang tua lain, untuk saling berinterkasi dalam ruang main pre-school. Ada satu guru dan pemimpin pre-school yang turut serta berinterkasi dengan anak dan orang tua, tapi mereka lebih berfungsi untuk menilai apakah para calon anak dan orang tua "cocok" untuk diterima masuk pre-school mereka. Tentu Mama Toby tidak tahu secara pasti kriteria mereka ini apa, yang jelas pastinya Toby jangan sampai ngamuk didepan guru dan berkelahi dengan anak-anak lain. Mama Toby wanti-wanti agar Toby jangan lupa untuk tidak ngamuk dan rebutan mainan di depan guru. Selebihnya, mama Toby pikir, Toby jadi Toby saja deh. Menurut mama, Toby anak yang cukup ok ko dengan sendirinya.

Toby tentu senang-senang saja main di sekolah karena banyak sekali mainan dan ruangannya sangat luas, suasana yang sangat beda dengan apartemen Toby yang pada musim dingin ini merupakan tempat Toby berlindung sehari-harinya dari kebekuan suhu luar. Mama dan papanya Toby juga senang dengan sekolah ini karena guru-gurunya baik-baik, juga karena filosofi sekolah ini sangat cocok dengan tipe Toby dan keluarga.

Di sekolah ini, anak-anak tidak "diajari" tapi anak di semangati untuk bereksplorasi dan berkembang secara sosial dan intelektual dengan "bermain" dan "bergaul" dengan anak-anak lain. Tidak ada pelajaran spesifik seperti "bahasa dan berhitung" dimana guru berdiri di depan kelas dan mengajarinya ke anak-anak. Tidak ada jadwal atau kurikulum khusus pula dalam keseharian anak bersekolah. Kurikulum berkembang berdasarkan minat sang anak.

Di sekolah ini, ruangan dibagi atas tema-tema tertentu dimana sang anak bisa bereksplorasi. Ada sudut "seni", "sains", "membaca", "teater", "rumah-rumahan", "balok" dsb. dimana anak-anak dengan bebas bisa secara bergantian melakukan eksplorasi dengan pengawasan guru. Tentu, pada saat-saat tertentu, anak-anak diharapkan untuk berkumpul di depan guru untuk melakukan eksplorasi dalam bentuk kelompok. Papanya sangat suka dengan sekolah ini karena guru-gurunya terlihat sangat respek dengan individu sang anak.

Untuk interview ini, Toby dan kawan-kawan berexplorasi di sudut "balok", juga sudut "rumah-rumahan" dan sudut "membaca". Toby sibuk sekali di bagian dapur rumah-rumahan. Mamanya pikir, ya sepertinya Toby terlalu banyak gaul dengan mama saja di rumah jadi hobinya ke arah ini. Mama agak malu karena setelah melihat gerak-gerik Toby di dapur mainan ini, ko spertinya mirip dengan gerak-gerik dan expresi muka mama jika sedang sibuk di dapur.

Tapi Toby juga suka main di bagian balok. Mama agak bangga karena Toby memperlihatkan ke guru bahwa Toby sudah pintar berinitiatif menyortir balok berdasarkan bentuknya dengan benar tanpa suruhan sang guru. Dan karena memang pada dasarnya Toby anak cerewet, Toby bisa menjawab omongan dan pertanyaan guru tanpa malu-malu. Moga-moga semua ini bisa jadi poin besar bagi Toby untuk bisa diterima masuk sekolah ini semester depan.

Setelah sekitar 30 menit, sang guru mengumumkan anak-anak untuk mulai membereskan mainannya ke tempat asal. Nah, ini memang kerjaan favorit Toby: untuk memasukkan segala sesuatu ke tempat asal dengan baik dan benar. Toby sempat merasa tidak enak melihat ada satu mainan yang pintunya terbuka dan melapor ke mama untuk menutupnya. Mama jawab, "biar saja nanti bu guru akan menutupnya". Ternyata Toby jadi melapor ke sang guru dan guru menjawab "ya tak apa Toby, biarkan saja pintunya", Toby diam berpikir dengan dahi berkerut dan rasa yang masih agak gelisah.

Kedua orang tua Toby berharap Toby bisa lolos masuk ke sekolah ini. Esok hari, Toby akan interview lagi untuk sekolah lain. Toby sudah mendaftar ke 4 sekolah untuk mulai masuk September 2007. Kedua orang tua Toby berharap Toby bisa lolos masuk ke semua sekolah yang didaftarkan!

Kompetisi untuk lolos interview pre-school di New York City, bisa jadi sangat menyeramkan. Ada cerita dimana sang orang tua menyajikan kopi ke sang anak sebelum interview agar anak menjadi "aktif". Ada anak-anak yang di teror orang tua dengan pengetahuan mengenai huruf-huruf, nomor dan simbol-simbol berminggu-minggu sebelum interview jadi anak bisa terlihat "pintar". Ada sekolah yang mengharuskan orang tua untuk menulis esai mengenai bagaimana anak mereka bisa lebih hebat dari calon murid lain. Bahkan ada yang menyajikan uang "imbalan" ke sekolah-sekolah agar sang anak bisa lolos masuk. Ya, ini terjadi di jenis pre-school ultra kompetitif, yang sering diminati oleh para konglomerat, pejabat tinggi dan orang-tua super kompetitif di Manhattan, New York City.

Untung saja, Toby bisa sedikit bebas dari teror kehidupan seperti ini karena kedua orang tua Toby memilih untuk tidak hidup di bawah teror. Jika semua gagal, tak apa-lah, mamanya Toby siap untuk melepaskan ke-Doktorannya untuk mengurus Toby hingga siap masuk TK.

**Ilustrasi: Toby dan "Cousin" Kai di depan pintu Sesame Street