Sunday, January 7, 2007

Serangan Mendadak

oleh Roby

Serangan mendadak - seperti ketika Jepang menyerang Pearl Harbor, Vietnam Utara dan Vietcong menyerang kota-kota di Vietnam Selatan secara serentak saat perayaan Tet (the Tet offensive), Mesir dan Suriah menyerang Israel (perang Yom Kippur), dan serangan teroris 9/11 - ternyata memiliki kesamaan.

Kesamaan yang paling mencolok adalah banyaknya informasi dan tanda-tanda sebelum serangan bahwa sebuah serangan akan terjadi.

Amerika tahu pasti bahwa Pearl Harbor adalah sasaran utama Jepang. Militer Amerika telah mendeteksi adanya mobilisasi besar-besaran tentara Vietnam Utara yang menunjukkan persiapan akan sebuah serbuan besar. Israel memang ‘menantikan’ serangan Mesir dan Suriah sebagai balasan serangan Israel yang dilakukan 6 tahun sebelumnya. CIA telah memperingatkan presiden Bush pada musim panas 2001 bahwa Al-Qaeda akan menyerang Amerika.

Jadi, masalah utama dalam mengantisipasi serangan mendadak adalah bukan kekurangan informasi. Melainkan kesulitan memberikan arti dan makna pada informasi yang tersedia, sehingga para pemimpin gagal mengambil tindakan yang dapat mencegah serangan tersebut.

Ini berarti menghindari serangan mendadak tidak dapat dilakukan hanya dengan meningkatkan aktivitas pengambilan informasi seperti memperbanyak mata-mata atau meningkatkan penyadapan. Yang lebih penting dilakukan adalah membuat struktur dan manajemen organisasi intelijen yang memungkinkan pengolahan informasi secara mendalam yang melibatkan pakar dari berbagai bidang. Yang juga tak kalah penting adalah memastikan para pakar tersebut bisa saling berkonsultasi satu sama lain.

Memberikan arti dan makna pada informasi sering lebih sulit daripada memperoleh informasi itu sendiri.


Sumber: Richard Posner, Preventing Surprise Attacks.

No comments: