Monday, February 5, 2007

Toby Masuk Harvard University: Petualangan Sekolah Para Bocah


oleh Tika

Toby, satu-satunya bocah kami yang baru saja merayakan ulang tahun ke-3-nya tanggal 26 Januari 2007 kemarin, baru saja selesai interview pertama sekolah "pre-school" Manhattan, New York City. Kata mama Toby, "Toby mah baru mau masuk sekolah-sekolahan saja sudah di-interview, pertama kali mama di interview kan waktu harus cari kerja setelah lulus kuliah!".

Ya, memang jaman sekarang, apalagi di Manhattan, kebanyakan anak sudah harus masuk sekolah sebelum TK sebagai preparasi masuk TK dan sekolah-sekolah selanjutnya. Memang jaman mamanya Toby, paling seumur Toby ya diam dirumah saja. Ceritanya memang, apalagi di kota se-kompetitif Manhattan, New York City, orang tua anak sudah didorong untuk cepat-cepat cari sekolah hingga anak akhirnya bisa masuk ke sekolah tinggi beken seperti Harvard University.

Dorongan ini mulai di saat masuk "sekolah-sekolahan" atau pre-school ini. Jika sang anak masuk pre-school yang tepat dengan koneksi yang tepat, sang anak bisa masuk TK, yang bisa memasukkan anak ke SD, yang bisa memasukkan anak ke SMP, yang bisa memasukkan anak ke SMA, yang bisa memasukkan anak ke sekolah tinggi tipe Harvard University. Ya sebenarnya tujuannya bukan hanya sekolah tipe Harvard University, tapi dengan sang anak bisa masuk dan lulus dari sekolah semacam Harvard University, anak terjamin bertahan hidup sebagai orang kelas menengah atas di Amerika dan terhindar dari kemelaratan ekonomi di Amerika.

Walau orang tua Toby tidak terlalu terdorong untuk berkompetisi dengan konglomerat, pejabat dan warga Amerika ultra kompetitif lainnya yang suka sekali bercita-cita memasukkan anak mereka ke Harvard University, Toby tetap didaftarkan oleh orang tuanya untuk masuk pre-school cukup ok karena kedua orang tua Toby terlalu sibuk dengan program studi Doktor mereka. Pre-school ok ini digunakan kedua orang tua Toby sebagai tempat penitipan sampingan saatnya tidak bisa diurus mama atau papanya di rumah.

Karena pengalaman buruk setahun sebelum ini, dimana Toby terpaksa harus drop out dari satu-satunya pre-school "asal" yang didaftarkan mama setelah sang mba pengurus Toby pergi balik ke Indonesia, hingga mamanya terpaksa drop out sementara dari program Doktornya untuk mengurus Toby dirumah, tahun ini Toby di daftarkan untuk masuk beberapa pre-school yang cukup ok.

Untuk masuk pre-school Manhattan manapun, memang diperlukan pendaftaran kira-kira satu tahun sebelum anak mulai masuk sekolah. Jika ternyata setelah tahun ajaran mulai dan diketahui bahwa sekolahnya jelek dan anak harus drop out, tidak ada lagi pre-school yang terbuka untuk bisa menampung anak karena semua sudah penuh. Ini yang terjadi oleh Toby tahun lalu.

Tentu, preschool yang didaftarkan orang tua Toby tahun ini bukan tipe pre-school yang kebanyakan konglomerat dan pejabat Manhattan dafarkan anak-anak mereka, tapi cukup ok hingga Toby tidak terganggu mental dan fisiknya, juga cukup ok karena memberi Toby peluang pula untuk "mungkin" bisa bertemu teman-teman, orang tua dan guru yang punya latar belakang ala Harvard University, jika tidak koneksi langsung untuk benar masuk ke jalur sekolah-sekolah menuju Harvard University. Untuk masuk tipe pre-school ok di Manhattan, persyaratan utama adalah interview sang anak sebagai proses penyeleksian.

Ya, sore ini Toby baru selesai interview pertama pre-school ok ini. Pre-school yang Toby usaha masuki ini dikategorikan sebagai tipe "Co-op" karena orang tua diharuskan untuk turut serta aktif dalam proses pencarian dana sekolah dan berbagai aktifitas ringan anak-anak disekolah. Karena jenisnya cukup ok, kompetisi untuk masuk ke pre-school ini cukup ok pula, walau tidak se-heboh pre-school para konglomerat dan pejabat tinggi Manhattan.

Dalam interview Toby tadi, Toby dan orang tua diharuskan datang, bersama dengan beberapa calon murid dan orang tua lain, untuk saling berinterkasi dalam ruang main pre-school. Ada satu guru dan pemimpin pre-school yang turut serta berinterkasi dengan anak dan orang tua, tapi mereka lebih berfungsi untuk menilai apakah para calon anak dan orang tua "cocok" untuk diterima masuk pre-school mereka. Tentu Mama Toby tidak tahu secara pasti kriteria mereka ini apa, yang jelas pastinya Toby jangan sampai ngamuk didepan guru dan berkelahi dengan anak-anak lain. Mama Toby wanti-wanti agar Toby jangan lupa untuk tidak ngamuk dan rebutan mainan di depan guru. Selebihnya, mama Toby pikir, Toby jadi Toby saja deh. Menurut mama, Toby anak yang cukup ok ko dengan sendirinya.

Toby tentu senang-senang saja main di sekolah karena banyak sekali mainan dan ruangannya sangat luas, suasana yang sangat beda dengan apartemen Toby yang pada musim dingin ini merupakan tempat Toby berlindung sehari-harinya dari kebekuan suhu luar. Mama dan papanya Toby juga senang dengan sekolah ini karena guru-gurunya baik-baik, juga karena filosofi sekolah ini sangat cocok dengan tipe Toby dan keluarga.

Di sekolah ini, anak-anak tidak "diajari" tapi anak di semangati untuk bereksplorasi dan berkembang secara sosial dan intelektual dengan "bermain" dan "bergaul" dengan anak-anak lain. Tidak ada pelajaran spesifik seperti "bahasa dan berhitung" dimana guru berdiri di depan kelas dan mengajarinya ke anak-anak. Tidak ada jadwal atau kurikulum khusus pula dalam keseharian anak bersekolah. Kurikulum berkembang berdasarkan minat sang anak.

Di sekolah ini, ruangan dibagi atas tema-tema tertentu dimana sang anak bisa bereksplorasi. Ada sudut "seni", "sains", "membaca", "teater", "rumah-rumahan", "balok" dsb. dimana anak-anak dengan bebas bisa secara bergantian melakukan eksplorasi dengan pengawasan guru. Tentu, pada saat-saat tertentu, anak-anak diharapkan untuk berkumpul di depan guru untuk melakukan eksplorasi dalam bentuk kelompok. Papanya sangat suka dengan sekolah ini karena guru-gurunya terlihat sangat respek dengan individu sang anak.

Untuk interview ini, Toby dan kawan-kawan berexplorasi di sudut "balok", juga sudut "rumah-rumahan" dan sudut "membaca". Toby sibuk sekali di bagian dapur rumah-rumahan. Mamanya pikir, ya sepertinya Toby terlalu banyak gaul dengan mama saja di rumah jadi hobinya ke arah ini. Mama agak malu karena setelah melihat gerak-gerik Toby di dapur mainan ini, ko spertinya mirip dengan gerak-gerik dan expresi muka mama jika sedang sibuk di dapur.

Tapi Toby juga suka main di bagian balok. Mama agak bangga karena Toby memperlihatkan ke guru bahwa Toby sudah pintar berinitiatif menyortir balok berdasarkan bentuknya dengan benar tanpa suruhan sang guru. Dan karena memang pada dasarnya Toby anak cerewet, Toby bisa menjawab omongan dan pertanyaan guru tanpa malu-malu. Moga-moga semua ini bisa jadi poin besar bagi Toby untuk bisa diterima masuk sekolah ini semester depan.

Setelah sekitar 30 menit, sang guru mengumumkan anak-anak untuk mulai membereskan mainannya ke tempat asal. Nah, ini memang kerjaan favorit Toby: untuk memasukkan segala sesuatu ke tempat asal dengan baik dan benar. Toby sempat merasa tidak enak melihat ada satu mainan yang pintunya terbuka dan melapor ke mama untuk menutupnya. Mama jawab, "biar saja nanti bu guru akan menutupnya". Ternyata Toby jadi melapor ke sang guru dan guru menjawab "ya tak apa Toby, biarkan saja pintunya", Toby diam berpikir dengan dahi berkerut dan rasa yang masih agak gelisah.

Kedua orang tua Toby berharap Toby bisa lolos masuk ke sekolah ini. Esok hari, Toby akan interview lagi untuk sekolah lain. Toby sudah mendaftar ke 4 sekolah untuk mulai masuk September 2007. Kedua orang tua Toby berharap Toby bisa lolos masuk ke semua sekolah yang didaftarkan!

Kompetisi untuk lolos interview pre-school di New York City, bisa jadi sangat menyeramkan. Ada cerita dimana sang orang tua menyajikan kopi ke sang anak sebelum interview agar anak menjadi "aktif". Ada anak-anak yang di teror orang tua dengan pengetahuan mengenai huruf-huruf, nomor dan simbol-simbol berminggu-minggu sebelum interview jadi anak bisa terlihat "pintar". Ada sekolah yang mengharuskan orang tua untuk menulis esai mengenai bagaimana anak mereka bisa lebih hebat dari calon murid lain. Bahkan ada yang menyajikan uang "imbalan" ke sekolah-sekolah agar sang anak bisa lolos masuk. Ya, ini terjadi di jenis pre-school ultra kompetitif, yang sering diminati oleh para konglomerat, pejabat tinggi dan orang-tua super kompetitif di Manhattan, New York City.

Untung saja, Toby bisa sedikit bebas dari teror kehidupan seperti ini karena kedua orang tua Toby memilih untuk tidak hidup di bawah teror. Jika semua gagal, tak apa-lah, mamanya Toby siap untuk melepaskan ke-Doktorannya untuk mengurus Toby hingga siap masuk TK.

**Ilustrasi: Toby dan "Cousin" Kai di depan pintu Sesame Street

3 comments:

Anonymous said...

Ibu yang baaiiik...jempol acung dua dua buat mamanya toby. (adi. IN)

Tika said...

makasih adi :)

Yuti Ariani said...

Whoaaa... Toby beruntung sekali punya ibu seperti mba Tika