Tuesday, January 9, 2007

Bagaimana caranya melindungi perempuan cantik?

Solusi Ekonomi Melindungi Perempuan Cantik

oleh Roby

Salah satu masalah utama yang dihadapi situs pencari jodoh adalah perempuan cantik memperoleh terlalu banyak pesan elektronik sehingga sulit membedakan pria mana yang serius dengan yang hanya main-main. Akibatnya perempuan cantik menjadi tidak nyaman dan keluar dari situs tersebut. Hal ini tentunya sangat merugikan bagi pemilik situs karena banyaknya perempuan cantik menjadi daya tarik pria untuk berlangganan layanan pencarian jodoh di situs miliknya.

Bingung mengatasi masalah ini, pemilik situs pencari jodoh mendapat pertolongan dari ekonom.

Solusi yang ditawarkan ekonom adalah membuat jumlah pesan yang dapat dikirim seseorang terbatas. Jadi seseorang tidak akan menghambur-hamburkan jatah menulis pesan yang dimiliki. Dia hanya akan mengirim pesan ke seseorang yang dia yakini memang calon pasangan yang baik bagi dirinya.

Cara ini ternyata berhasil.

Malah, seperti dilaporkan di koran the Wall Street Journal hari ini, cara yang sama juga dipakai oleh Asosiasi Ekonom Amerika untuk ‘menjodohkan’ para doktor baru ekonomi yang mencari kerja untuk menjadi dosen di universitas di Amerika. Selain itu, cara serupa dipakai untuk menjodohkan pelamar sekolah kedokteran dengan sekolah kedokteran di Amerika.

Konsep ini adalah bagian dari teori baru yang sedang dikembangkan di ilmu ekonomi. Teori baru ini berusaha bermula dari observasi bahwa mekanisme pasar sering tidak berjalan mulus jika dibiarkan begitu saja. Teori ini berusaha memperbaiki kesalahan yang terjadi di mekanisme pasar.

Teori Market Design ini telah dipakai dengan sukses untuk membuat sistem lelang frekuensi radio di Amerika.

4 comments:

Yuti Ariani said...

Ternyata semua fenomena bisa ditarik ke teori ekonomi ya?

Bahkan mungkin berbuat baik bisa juga ditarik dalam perspektif ekonomi.

Padahal awalnya saya anti ilmu ekonomi karena saya anggap bertanggungjawab terhadap kesengsaraan rakyat.

Roby said...

ariani: Hanya sebagian kecil fenomena saja yang bisa ditarik ke teori ekonomi. Malah hanya 0.001% seluruh fenomensa sosial yang bisa dijelaskan dengan sains sosial dan ekonomi; misal sulit menjelaskan secara ilmiah sosial gerakan kaki ketika berjalan.

Menariknya ilmu ekonomi, justru orang berpaling ke ilmu ekonomi ketika ilmunya 'gagal': yaitu ketika terjadi krisis ekonomi.

Yuti Ariani said...

Saya jadi tergoda untuk menggunakan argumen yang dikemukakan di buku Freakonomics-nya Levitt yang menyatakan semua aksi seseorang bisa ditarik ke motif seseorang memperoleh insentif, atau mungkin definisi ekonominya berbeda.

Dalam kasus perempuan cantik pun, akhirnya seseorang memilih target yang benar-benar 'menguntungkan' sehingga ia menggunakan 'jatah' seoptimal mungkin.

Gerak kaki mungkin susah untuk dijelaskan secara ekonomi tapi kalau dilihat dari energi yang dikeluarkan, selang waktu yang dibutuhkan untuk berjalan dibandingkan naik kendaraan, bisa jadi perhitungan ekonomi juga.

Anonymous said...

Ya...betul, daripada naik angkot mulu mahal, beli motor bikin macet, beli mobil bikin polusi, akhirnya kena rob di Muara Baru Jakarta. Semua ada penjelasan ekonominya.

Ngomong2, otak saya cekak, bisa nggak ya sekolah ke Amrik? Ada penjelasan ekonominya?

Sersan Mayor Taruna Abdul Gani